Minggu, 21 Juli 2013

Apa sih bengkel bubut itu!

Bengkel bubut adalah usaha yang menggunakan peralatan utama mesin bubutBengkel bubut adalah usaha perbengkelan atau permesinan yang cukup dikenal luas, walaupun kenyataanya didalam usaha ini bukan hanya menggunakan mesin bubut. Kalo mengacu pada kebutuhan pekerjaan logam maupun non logam ( kayu, plastic dll) peralatan yang digunakan hampir sama namun beda kelas. Dan yang coba dibahas disini adalah bengkel permesinan yang metal/ logam.
Langsung aja pada definisi dan peralatan yang di butuhkan dalam membangun usaha permesinan yang kita sebut dengan istilah bengkel bubut. Sebelum masuk ke Peralatan dan bagaimana pengelolaanya mungkin lebih baik jika kita tahu market dari usaha bengkel bubut ini yaitu :
- Perusahaan manufacture ( pabrik)
- Perusahaan transportasi / Perusahaan yang punya armada seperti truk, tonton, truk tanki , bus.
- Bengkel automotive baik bengkel motor, angkot, mobil pribadi dll
- Perusahaan alat-alat berat
- Kontraktor mekanikal
- Perhotelan dan restoran
- Industri Plastik dan moulding
- Dan semua hal yang berhubungan dengan pengerjaan, pembuatan peralatan dari logam.
 Peralatan dan mesin yang dibutuhkan untuk usaha bengkel bubut agar tidak mati langkah karena kurangnya peralatan atau perlengkapan kerja berdasarkan pengamatan lapangan ternyata tidak terlalu banyak dengan catatan hanya untuk usaha bengkel bubut rumahan.
2. Mesin Bor
3. Mesin Las ( electric / gas )
4. Mesin potong
5. Mesin asah pisau / grinda tangan
6. Alat ukur dan alat bantu

Mesin Bubut
Untuk mesin bubut mempunyai model yang cukup variasi dari panjang yang 50 cm hingga 6 meter, dari yang kerja ringan hinga kerja berat ( heavy duty). Untuk usaha bengkel bubut rumahaan bagi yang merintis awal mungkin cukup menggunakan mesin bubut yang 1 meter. Namun demikian hendaknya dipastikan kelengkapan dari mesin bubut ini pastkan bahwa mesin bubut ini mempunyai kelengkapan mampu membuat ulir dengan standart metric dan inchi. Bagi yang mempunyai modal cukup lebih baik membeli mesin bubut yang masih baru karena biasanya mesin second dari segi kelengkapannya kurang, dan jika harus beli mesin bubut bekas maka yang pelu dilakukan pengecekan adalah alignment dari mesin bubut dan untuk lebih detailnya ajak operator mesin bubut yang telah punya pengealaman dalam mengoprasikan mesin bubut agar bisa memberikan masukan yang lengkap sesuai dengan keinginan kita.
Dalam membeli mesin bubut yang perlu diperhatikan adalah konsumsi energi yang dibutuhkan mesin dan karena untuk usaha rumahan lebih baik menggunkan energi/power dengan kisaran 0.75 kw – 2 kw, sehingga jika kapasitas listrik yang tersedia hanya 6000 watt bisa dijalankan dengan baik. Harga dari mesin bubut ini berkisar antara 15 jt hingga 50 jt tergantung pada type/model dan spech mesin bubut. Ada hal yang mendasar pada mesin bubut ini untuk kapasitas power diatas 1 kw biasanya tegangaan mesin 380 volt dan 3 phase, namun demikian untuk produk mesin bubut dari china sudah mulai ada yang 220 volt dan 1 phase sesuai dengan konsumsi listrik dari PLN di Indonesia. Namun jika tidak mendapatkan hal seperti ini bisa juga dilakukan rewinding motor dari mesin bubut agar mempunyai tegangan 220 dan 1 phase.
Peralatan bantu dari pekerjaan bubut adalah pisau bubut dan alat ukur. Untuk pisau bubut dibutuhkan peralatan grinda baik yang tetap maupun portable ( grinda tangan) dan juga di perlukan mesin las gas untuk menyatukan mata pisau bubut dengan gagang pisau yang acap kali aus atau habis. Alat ukur yang untuk pelkerjaan bubut bisanya digunakan untuk mengukur diameter atau jarak/panjang benda kerja. Alat ukur ini jika ingin tahan lama dan terjaga kepresisianya bisa menggunkan peralatan yang bagus/atau agak mahal seperti merek mitutoyo jepang atau jika ingin yang murah meriah juga bisa menggunakan merek dari china, taiwan atau india yang harganya hanya seper tiganya. Dan ntuk pekerjaan yang presisi bisa juga menggunkan micrometer atau jangka sorong yang digital.
Peralatan atau mesin pendamping untuk usaha bubut ini adalah mesin las / trafo las/ welding. Mesin Las ini sekarang cukup banyak sekali variannya mulai dari harga di bawah 1 juta hingga puluhan juta. Namun untuk usaha bengkel bubut rumahan hendaknya yang perlu diperhatikan adalah energi yang tersedia untuk menghemat ketersediaan power hendaknya memilih mesin las yang nggak terlalu besar mungkin bisa digunakan mesin las yang kapasitas 200 ampere hingga 300 ampere dan usahakan yang menggunakan inverter agar ketersediaan power yang ada bisa mencukupi dan disamping butuh power rendah juga bisa menghemat energi. Mesin las ini dipasaran kisarnya bervariasi dan untuk produk dari china, taiwan atau india berkisar antara 2 jt hingga 5 jt. Namun demikian jika untuk usaha pengelasan yang katagori kerjaan konstruksi ( yang membutuhkan ampere pengelasan diatas 250 ampere ) mungkin mesin ini nggak akan cocok dan jika dipaksakan maka siap2 aja mesinnya akan mudah rusak.
Biasanya disamping bubut dan las ada pekerjaan yang cukup melekat pada dua jenis kerjaan tersebut yaitu pekerjaan bor ( drilling) Agar supaya pekerjaan yang sederhana dapat ditangani langsung ada baiknya dilengkapi dengan mesin bor. Untuk mesin bor ini lebih baik membeli mesin bor yang mempunyai fungsi ganda yaitu mesin milling. Karena pada pekerjaan pembuata shaft biasanya ada juga pekerjaan pembuatan lubang yang memanjang atau coakan seperti lubang spie pada shaft pompa atau shat yang lainnya.. Mesin ini juga banyak dipasaran seperti di glodok dimana diasamping berfungsi untuk membuat lubang ( ngebor ) bisa juga untuk meratakan permukaan suatu benda kerja. Mesin milling ini juga bervariasi tapi untuk bengkel bubut rumahan cukup menggunakan yang nggak usah terlalu besar sebagaiman mesin milling yang bisa dibuat untuk dies atau molding. Mesin milling kecil ini dipasaran kisaran hargaya adalah 4 jt hingga 10 jt ( tentunya produk china, taiwan atau india ).
 Perlengkapan lainnya agaar kerjaan di bengkel rumahan ini bisa efektif mungkin perlu juga di lengkapi dengan mesin cutting baik itu gergaji mesin untuk metal maupun cutting wheel. mesin ini harganya cukup bervariasi tergantung pada merk dan ukuran dan kisarannya untuk usaha bengkel bubut sederhana adalah 1,5 jt hingga 4 jt.


Jika dari segi peralatan diatas dapat erpenuhi semua maka kendala selanjutnya adalah maslah market karena untuk usaha rumahan biasanya market yang dilakukan adlah M2 ( mulut ke mulut )

Sabtu, 20 Juli 2013

Bengkel bubut, dan perkembanganya


Langgeng Lujito, 41, mencoba berwirausaha sejak usia muda. Kegigihan dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Sebagai pengusaha bengkel bubut, dia kini memiliki ratusan pelanggan di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Kondisi ekonomi yang serba sulit membuat Langgeng Lujito bertekad mengubah nasib. Dia mulai merintis usaha dengan membuka toko oli pada 1989. Saat itu Langgeng Lujito masih duduk di kelas dua SMA PGRI Ngawi, Jawa Timur.

Pada saat teman-temannya masih asyik bermain seusai pulang sekolah, Langgeng justru sibuk mengelola bisnis. Lambat laun usaha yang digelutinya berkembang. Namun, persaingan usaha oli di Ngawi saat itu sudah sangat ketat. Sambil terus menjalankan bisnis oli, dia berpikir untuk mengembangkan usaha lain.

Seusai lulus dari SMA PGRI Ngawi, Langgeng bukannya melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, melainkan malah serius menekuni usaha. Tekadnya sudah bulat. Dia ingin memiliki usaha sendiri.

Dia merasakan banyak pelajaran yang bisa dipetik dari menekuni usaha mandiri. Langgeng mulai berpikir untuk menaikkan kelas usahanya. Pada 1993,berbekal tabungan dari usahanya,dia membuka usaha bengkel bubut di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Beran, Kota Ngawi.

Letak usaha bengkel itu sangat strategis lantaran berada di jalan utama penghubung Ngawi-Solo.Kala itu dia berpikir, usaha bengkel yang khusus melayani jasa bubut automotif belum ada di Ngawi.

Sebagai modal awal, dia membeli satu mesin bubut kecil, satu mesin kolter untuk sepeda motor, dan peralatan las. Modal yang dikeluarkan sekira Rp20 juta. Selain itu, dia juga merekrut teknisi yang mengerti tentang mesin mobil,sepeda motor, sekaligus bisa mengoperasikan mesin bubut dan mesin kolter.

Ketika itu, usaha bengkelnya masih sederhana dan sangat terbatas. Langgeng mengaku awalnya tidak menguasai soal bongkar pasang mesin sepeda motor atau mobil. Tapi, tekadnya saat itu sangat kuat, ingin menekuni usaha sambil belajar.

“Meski saya yang memiliki bengkel, tapi saya saat itu tak segan untuk belajar bongkar pasang mesin sepeda motor atau mobil. Prinsip saya, kalau mau belajar, akan bisa. Kemampuan itu bisa diasah asalkan mau belajar,” ujarnya.

Seperti lazimnya membuka usaha baru, tahap-tahap awal selalu menemui banyak kendala. Belum banyak yang mengenal usahanya. Namun, Langgeng pantang menyerah. Dia lantas berpromosi dan berupaya mengenalkan usaha bengkel bubut automotif ke sejumlah bengkel sepeda motor dan mobil di Ngawi. Upayanya ternyata berhasil.

Dalam hitungan enam bulan, banyak pelanggan yang mulai berdatangan ke usaha bengkel bubut miliknya. Bukan hanya dari Ngawi, melainkan juga dari Madiun, Bojonegoro, Cepu, Sragen, Nganjuk, Kediri, dan beberapa daerah lain.

Dia juga terus menambah pekerjanya dari semula hanya empat orang menjadi 24 orang. Selain tenaga teknisi, usaha bengkel bubut milik Langgeng Lujito juga sering digunakan untuk latihan kerja bagi para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), terutama jurusan perbengkelan.

SMK Sragen, SMK Geneng, SMK PGRI Ngawi, bahkan hampir setiap tahun mengirimkan siswa untuk belajar dan mendapatkan keterampilan perbengkelan di bengkel bubut Langgeng tersebut.

“Kalau sudah bisa dan terampil, saya persilakan mereka membuka usaha bengkel sendiri. Saya senang kalau ada anak didik saya berhasil membuka usaha sendiri. Mereka menjadi mandiri dan tidak bergantung pada orang lain,” ujar Langgeng.

Namun, menjalani usaha terutama di bidang jasa bengkel bubut juga ada pasang surutnya.Apalagi, pada 2000 ke atas, usaha bengkel yang menyediakan jasa bubut automotif mulai merebak di Ngawi. Langgeng Lujito melihat kenyataan itu sebagai hal wajar seiring pesatnya perkembangan automotif.

Langgeng Lujito terus berinovasi agar tetap bisa eksis di dunia usaha jasa automotif. Setelah melalui perhitungan yang cermat, pada 2005, Langgeng membuka toko suku cadang sepeda motor dan mobil.

Untuk menambah modal, dia meminjam dana dari Bank Tabungan Negara (Bank BTN) Kantor Cabang Madiun sebesar Rp500 juta. Pinjaman modal itu sangat membantu usaha toko suku cadang yang juga diberi nama Langgeng tersebut.

Dalam perjalanannya, usaha bengkel bubut automotif yang kemudian dilengkapi usaha suku cadang semakin berkibar. Kini dia setidaknya memiliki 400 pelanggan jaringan bengkel yang ada di Jatim dan Jateng.

Selain itu, dia juga memiliki pelanggan setia yang tersebar di Ngawi dan Madiun. “Prinsip saya dalam menekuni usaha ini adalah berusaha memberikan yang terbaik pada pelanggan. Kalau ada pelanggan yang merasa tidak puas,saya akan mencoba memahami dan memberi pelayanan lebih lagi,” ujar Langgeng yang kini telah dikaruniai tiga anak dari pernikahannya dengan Darwati, 39, tersebut.

Kemampuan Langgeng Lujito mengelola dan mengembangkan usaha kian terasah dan teruji. Boleh dibilang, usaha bengkel bubut automotif dan suku cadang miliknya kini sudah mapan. Dia memiliki dua mobil operasional. Asetnya telah berkembang menjadi lebih dari Rp2 miliar. Adapun omzet per bulan rata-rata mencapai Rp50 juta.

Namun, cita-cita Langgeng Lujito tidak berhenti hanya di sini. Dia ingin keberhasilan yang telah direngkuh selama ini juga bisa dirasakan oleh generasi muda. Ke depan Langgeng Lujito berkeinginan membuka balai latihan kerja di Ngawi demi mendidik anakanak muda sehingga memiliki keterampilan perbengkelan dan teknisi.

Dengan begitu, anak-anak muda itu kelak bisa membuka lapangan kerja sendiri dan mengurangi pengangguran. Langgeng Lujito juga memiliki obsesi lain.

Dia ingin menjadikan Ngawi sebagai tempat tujuan wisata olahraga. Dia telah membangun gedung olahraga badminton dan berniat mendirikan gedung futsal di Kota Ngawi. Di usia sekarang ini,Langgeng Lujito merasa ingin memberi sesuatu kepada masyarakat Ngawi dan memajukan daerah yang berada di ujung paling barat Jawa Timur tersebut.

“Pada titik perjalanan hidup saya ini,saya ingin berarti bagi warga Ngawi. Saya ingin melahirkan sejarah,” tandasnya.